Aku Bedebah, Katamu.



Mari sini kuceritakan padamu, sayang.
Kau masih ingat kala kita tak saling sapa?
Pabila dikau masih ingat, itu artinya kita sepaham.
Namun tak elok rupanya jikalau aku mengungkit kembali,bukan?
Tapi apa daya kata-katamu amat membuatku terluka.

Dikau kupuja setiap saat.
Namun kau gunjing aku disetiap rumah tetangga.
Kau sebut aku bedebah hingga aku terlihat salah.
Lalu tak ada salahnya jika aku sebut mulutmu pembuat masalah.
Sungguh hati nurani siapa yang sedang kau gunakan, sayang.
Ibliskah?

Kurasa tak perlu kau jawab.
Berkali-kali ku titahkan padamu untuk diam.
Namun kau balas dengan nyinyir tak mau terbungkam.
Tak pernah menelinga setiap permintaan.
Dasar bedebah, katamu.
Hanya itu balasanmu.

Seban hari daku makin risau
Sebab dirimu yang makin kacau
Menyebar kata-kata yang menjadikanku luka.
Dan memoar setiap karsa menjadi lara.
Apakah akhirnya akan menjadi usai
Jika seandainya kita lerai segala tikai?
Pabila iya, Mari berdamai .





Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer