Kilah Rayuan Senja
Alangkah syahdu rayuan senja
Bias kuningnya pancarkan hangat tiada tara.
Takjub rasanya diri ini dibuatnya.
Tatkala ia perlahan hilang bersama rindu yang tak pernah berkurang.
Sore itu, aku mencoba menghalau segala khidmat
Dari kilah senja yang amat membuatku takzim.
Berusaha mengenyahkan segala cerabut lupa yang tersuruk
bersama euforia rasa yang kian merayu.
Secara perlahan kelebatan sangka menggerogoti alam pikirku.
Akan tatapan beringas tampak gidik dihadapku.
Seketika aku terjerahap dalam ketakutan yang kian mendesing
Lalu duduk terpekur tanpa berkutat.
Ternyata tatapan nanar itu adalah paradoks bagiku
Kukira dia tak akan mengalah
namun akhirnya ia merasa bersalah
Atas perangai yang tak kunjung dia rubah.
Dia, si senja minim kata.
Mencoba menanak sesal selepas salah
Yang kupikir dia perlu maaf tanpa tapi.
Bias kuningnya pancarkan hangat tiada tara.
Takjub rasanya diri ini dibuatnya.
Tatkala ia perlahan hilang bersama rindu yang tak pernah berkurang.
Sore itu, aku mencoba menghalau segala khidmat
Dari kilah senja yang amat membuatku takzim.
Berusaha mengenyahkan segala cerabut lupa yang tersuruk
bersama euforia rasa yang kian merayu.
Secara perlahan kelebatan sangka menggerogoti alam pikirku.
Akan tatapan beringas tampak gidik dihadapku.
Seketika aku terjerahap dalam ketakutan yang kian mendesing
Lalu duduk terpekur tanpa berkutat.
Ternyata tatapan nanar itu adalah paradoks bagiku
Kukira dia tak akan mengalah
namun akhirnya ia merasa bersalah
Atas perangai yang tak kunjung dia rubah.
Dia, si senja minim kata.
Mencoba menanak sesal selepas salah
Yang kupikir dia perlu maaf tanpa tapi.



Komentar
Posting Komentar